INILAH.COM, Jakarta – Saham sektor komoditas tampil mempesona di sesi pertama perdagangan awal tahun 2011. Terus membubungnya harga komoditas dan estimasi kinclongnya kinerja menjadi daya tariknya.
Pada perdagangan Senin (3/1) sesi pertama, sektor tambang terpantau melejit naik 3,01% ke 3.372,93. Kenaikan harga komoditas yang masih akan terus berlanjut, seiring cuaca buruk berkepanjangan, menjadi katalisnya.
Harga minyak mentah saat ini bertengger di US$91,66 per barel, sedangkan harga batu bara Newcastle pada periode yang berakhir pekan lalu, berada di level US$128,5 per ton.
Saham-saham sektor tambang pun membukukan peningkatan. Seperti PT Indo Tambangraya Megah (ITMG) yang naik 4,43% ke Rp53.000, kemudian PT Bumi Resources (BUMI) yang menguat 4,13% ke Rp3.150, PT TB Bukit Asam (PTBA) naik 2,2% ke Rp23.450, PT Bayan (BYAN) naik 2,2% ke Rp18.400 dan Adaro Energy (ADRO) naik 1,9% ke Rp2.600.
Di tengah kondisi ini, Nico Omer VP dari Valbury Securities menyarankan investor untuk memusatkan perhatian pada perusahaan dengan penjualan dan laba bersih, dividend yield yang tinggi dan arus kas yang sehat. Salah satu saham yang direkomendasikan adalah PTBA. “Rekomendasi beli di harga rendah, dengan target harga bisa mencapai Rp25.600,” ujarnya.
Saham ini menarik seiring estimasi harga jual batu bara tahun ini yang bisa naik 10-15%. Perseroan menargetkan laba bersih 2011 sebesar Rp3 triliun, lebih tinggi dari perkiraan laba 2010 sebesar Rp2 triliun dan juga optimistis mampu memproduksi batu bara hingga 50 juta ton pada 2014.
PTBA kini sedang mengkaji kontrak gasifikasi batu bara dengan perusahaan asal Jerman, Lurgi, di Riau. Selain akan membangun tiga unit pembangkit listrik dan berencana meningkatkan kapasitas tampung batu bara di pelabuhan Tarahan Lampung sebanyak 12,5 juta ton per tahun menjadi 25 juta ton per tahun.
Untuk semua aksi korporasinya, perseroan memproyeksikan anggaran belanja modal 2011 sebesar Rp1,8 triliun, dimana sebagian untuk menuntaskan akuisisi 1 kuasa pertambangan dengan cadangan 135 juta ton. Sedangkan pada 2016, PTBA membidikkapasitas produksi 70 juta ton, didukung 3 jaringan kereta api pengangkut batu bara milik Bukit Asam Transpacific Railway (BATR), Adani Global, dan Kereta Api.
Terkait prospek harga batu bara yang menjanjikan, Yuganur Wijanarko dari HD Capital merekomendasikan saham Delta Dunia (DOID) dan United Tractors (UNTR). “Rekomendasi beli dengan target harga DOID mencapai Rp1.910 dan UNTR di Rp25.500,” ujarnya.
Saham DOID prospektif karena peralihan kontrak batubara US$500 juta ke Berau Coal memberikan sentiment positif,”Terutama untuk mempercepat proses perubahan tren jangka menengah (weekly) DOID dari negatif ke positif,” katanya.
Sedangkan untuk UNTR, kontribusi dari mining unit Pama dapat menaikan margin keuntungan 2011 sebesar 20%. Menurut Yuga, kenaikan harga batubara diatas US$115/ton selama ini akan positif, “Apalagi perseroan belum menaikan harga jual kontrak kedepan untuk disesuaikan ke harga acuan,” ucapnya.
Di sisi lain, tim riset Samuel Sekuritas menilai saham ADRO menarik, karena perseroan mempersiapkan dana sekitar Rp10 triliun untuk membiayai belanja modal, akuisisi dan investasi lainnya di 2011. “Kami tekomendasikan beli untuk ADRO,” katanya.
ADRO juga akan menggarap proyek OPCC (out of pit crushing conveyor) dengan total investasi mencapai US$250-300 juta dan pengerjaan proyek akan dimulai 2011-2012. Selain itu, perseroan akan melanjutkan proyek pembangkit listrik di mulut tambang berkapasitas 2x30 MW dengan total investasi US$160 juta. Tahun ini produksi batu bara perseroan diperkirakan meningkat sebesar 9.51% -14.3% menjadi 46 – 48 juta ton. [mdr]
sumber : www.inilah.com