HALAMAN

Senin, 03 Januari 2011

IHSG Pekan Ini Terbantu Komoditas & January Effect

INILAH.COM, Jakarta - Laju IHSG di pekan pertama 2011 diprediksi menguat. Faktor January Effect dan penguatan harga komoditas yang fenomenal menjadi katalisnya. Inilah saham-saham layak akumulasi.
Pengamat pasar modal Willy Sanjaya mengatakan, potensi penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ^JKSE) di pekan pertama 2011 ini, salah satunya adalah faktor January Effect yang sudah berpengaruh. Menurutnya, saham-saham unggulan berpeluang mengerek naik market.
Kondisi itu, lanjutnya, bersamaan dengan kenaikan fenomenal harga komoditas yang semakin positif pengaruhnya bagi indeks. Awal pekan ini, indeks akan mengarah ke level resistance 3.756 dan 3.668 sebagai level support-nya.
“Sedangkan dalam sepekan ke depan, level resistance indeks di level 3.825 dan 3.668 jadi support kuatnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Sabtu (1/1).
Pada perdagangan hari terakhir 2010, IHSG ditutup menguat tipis 3,51 poin (0,09%) ke 3.702,73. Begitu juga saham saham unggulan LQ45 yang juga naik sangat ramping 0,53 poin (0,08%) menjadi 661,378.
Willy menegaskan, dari sisi harga komoditas masih sangat menjanjikan bagi pergerakan indeks saham ke depannya. Sebab, harga minyak mentah dunia dalam sepekan terakhir sudah stabil di atas level US$91 per barel . Sementara itu, harga emas yang meroket ke level US$1.421,45 per ons.
Yang paling fenomenal, lanjut Willy adalah harga batu bara yang hingga 31 Desember 2010 mencapai US$128,50 per metrik ton berdasarkan harga mingguan di Newcastle . Sedangkan crude palm oil (CPO) masih bertahan dalam tren penguatan yang saat ini berada di level RM3.788 atau US$1.232 per ton.
Namun, Willy menggarisbawahi, dalam pekan ini masih banyak investor yang libur. Karena itu, laju pergerakan IHSG akan mixed. Artinya, ada beberapa saham yang naik dan ada yang masih stagnan. “Tapi, IHSG secara keseluruhan akan naik,” timpalnya.
Memang indeks juga terancam sentimen negatif di pekan ini terutama faktor melambungnya inflasi Desember lalu yang berpeluang mencapai level 6,7% untuk full year 2010. “Tapi, situasi ini akan ditemukan obatnya. Dari sisi makro ekonomi, akan ada perbaikan-perbaikan nyata dari pemerintah,” tukasnya.
Dalam kondisi ini, menurut Willy, sektor saham batubara berpeluang menjadi penggerak utama indeks pekan ini. Saham-saham pilihannya adalah PT Indika Energy (INDY) dengan target Rp5.800. PT Indosat (ISAT) dan PT Kalbe Farma (KLBF). “Kedua saham ini sudah turun cukup dalam sehingga potensi rebound-nya sangat besar,” ungkapnya.
Saham fenomenal yang lain adalah PT Krakatau Steel (KRAS). Sebab, pemerintah masih menyimpan satu resep 10% saham yang tidak akan dilepas kecuali di harga terbagus. Sebab, dari pengalaman dilepasnya 20% saham KRAS di harga Rp850, banyak pihak yang tidak puas.
Karena itu, menurut Willy, 10% saham KRAS kemungkinan akan dilepas di level Rp1.800. Sebab, level tersebut akan membawa average price-nya ke level Rp1.166 sebagaimana yang menjadi cita-cita berbagai pihak untuk IPO di kisaran harga tertinggi. “Sebab, harga kisaran atas harga IPO lalu di level Rp1.150,” ujarnya.
Jadi, perhitungannya adalah Rp850 (10% saham KRAS) + Rp850 (10% saham KRAS) + Rp1.800 (10% saham KRAS) dibagi 3 sama dengan Rp1.166. Karena itu, permintaan IPO KRAS di level harga tertingginya akan terpenuhi.
“Jadi average harga ini yang harus dicermati investor. Alasan ini yang membuat saham ini masih menjanjikan untuk terus naik,” tambah Willy.
Apalagi, baja dunia 2011 akan mengalami defisit sehingga akan mendongkrak harganya. Pemberlakuan Standar Nasional (SNI) baja pun akan mendongkrak saham ini sehingga berpeluang mengarah ke level Rp2.000.
Setelah itu, pemerintah akan mencari investor strategis di mana Nippon Steel sudah siap masuk ke KRAS. Raja besi dari India itu akan menjadi bargaining pada penjualan 10% saham ini di 2011. “Jika dilepas di harga murah, pemerintah akan kembali mendapat caci maki,” tandasnya.
Saham menarik lain adalah PT Medco Energy (MEDC) dengan kenaikan harga minyak mentah dunia. Apalagi, pengaruh cuaca ekstrim di AS dan Eropa yang memicu kebekuan pipa dan ladang-ladang minyak. “Para hedge fund akan mengoleksi saham-saham tersebut. Saya rekomendasikan akumulasi beli di saham-saham itu,” ujar Willy. [mdr]

sumber: inilah.com