HALAMAN

Rabu, 18 Februari 2015

HUDDAR, WANITA REINKARNASI YANG MAMPU BERBAHASA KUNO

Avanoustic.com - Alam semesta penuh dengan misteri yang selalu menantang pengetahuan kita. Salah satunya adalah fenomena kasus-kasus reinkarnasi, yang dapat menstimulasi imajinasi dan membuat kita terbuka akan kemungkinan yang ada. Apakah ini benar? Hanya Anda yang dapat memilih.

Pada tahun 1970-an, ilmuwan khusus reinkarnasi, Professor P. Pal dan Ian Stevenson, mengawasi seorang wanita yang dapat berbicara dengan bahasa Bengali asli, sebuah bahasa kuno yang telah hilang dan pernah dipakai oleh masyarakat Bengal bagian barat 150 tahun yang lalu. Dan bahasa Bengali modern saat ini telah tercampur dengan 20 persen bahasa Inggris.

Namun berbeda dengan wanita ini, dia dapat berkomunikasi dengan Professor Pal tanpa bahasa Inggris sedikitpun. Di sisi lain, wanita ini lebih banyak menggunakan bahasa Sansekerta, dan itu hanya dilakukan oleh orang-orang pada tahun 1810 hingga 1830, sebuah hipotesis waktu kehidupan di masa lalunya.

Cara berbicaranya sangat berbeda, layaknya orang yang dibesarkan di Bengal bagian barat, dia dapat mengingat daerah yang belum pernah dia datangi sebelumnya. Padahal, dia lahir dan dibesarkan di Nagpur, India, dimana bahasa sehari-hari yang digunakan adalah Marathi, Hindi dan Inggris.

Supernatural
Image: Shutterstock*
Nama wanita ini adalah Uttara Huddar, saat dia berumur 32 tahun, tiba-tiba dia memanggil dirinya dengan nama Sharada. Sebelumnya, Huddar belum pernah membahas mengenai kehidupan di masa lalunya.

Huddar mendapatkan gelar sarjana dalam bidang bahasa Inggris dan administrasi. Dia bekerja paruh waktu di Nagpur Universitas, hingga suatu hari dia mulai bercerita mengenai kemungkinan dirinya adalah reinkarnasi dari seorang wanita.

Sharada adalah sosok individu lain yang ada di dalam dirinya, dimana sosok individu ini tidak dapat memahami bahasa yang Huddar gunakan dalam sehari-hari. Keluarga Huddarpun tidak mengetahui serta mengenali Bengali dan juga makanan etnik yang diinginkan Sharada.

Stevenson dan ilmuwan lainnya menghabiskan waktu beberapa minggu untuk menganalisa dan menyelidiki kisah ini. Mereka memeriksa tempat yang diingatnya di Bengal, deskripsi akurat mengenai jarak beberapa tempat, lokasi geografis dan lainnya.

Dia bahkan mampu memberikan nama lengkap keluarga besarnya, termasuk nama ayahnya, Brajanath Chattopaydhaya. Saat Stevenson menyelidiki silsilah keluarga Chattopaydhaya yang Sharada deskripsikan sebagai rumahnya, dia menemukan bahwa apa yang Sharada ungkapkan semuanya hingga detail adalah benar. Termasuk hubungan keluarga dengan lima saudaranya, ayahnya, hingga kakeknya. Keluarga besar ini hidup pada abad ke-19.

"Silsilah yang tercantum khususnya yang berkelamin laki-laki, karena pada masa itu, wanita tidak dimasukkan pada silsilah. Jadi, pernyataan Sharada ada yang tidak dapat dipastikan. Namun, dari semua silsilah yang dia ungkapkan, mustahil ini adalah sebuah kebetulan", tulis Stevenson dalam publikasi resminya.

Stevenson kemudian menuliskan kasus ini pada The Journal of the American Society for Psychical Research, pada Juli 1980, dengan judul, "A Preliminary Report on an Unusual Case of the Reincarnation Type With Xenoglossy". Anda dapat membaca secara lengkap jurnal resminya dalam format pdf di sini.

Mengenai kasus ini, Ibu Huddar menjelaskan bahwa, jika pada saat kecil Huddar memiliki fobia terhadap ular. Dan pada saat dia sedang hamil Huddar, dia berkali-kali bermimpi digigit ular pada kakinya.

Dalam keterangan yang diberikan Huddar tentang fobia ular, dia menjelaskan bahwa, pada saat dia hamil 7 bulan, dia digigit ular pada kakinya, dan kemudian menyebabkan dirinya tidak sadarkan diri, walaupun dia tidak menyebutkan bahwa dirinya dalam kondisi sekarat. Pada saat itu, dia berumur 22 tahun.

"Dalam rincian lain, sebagai konsistensi dengan salah satu penafsiran kasus reinkarnasi, pertama, Uttara memiliki fobia ular saat ia masih kecil, dan kemudian, dia menunjukkan keinginan dan kekagumannya terhadap Bengal dan Bengali", kata Stevenson.

Stevenson juga mengungkapkan bahwa tidak ada indikasi jika Huddar telah mempelajari mengenai bahasa Bengali, apalagi berbicara dengan intonasi dan fluiditas penutur asli. Itu merupakan sesuatu hal yang sangat mustahil dapat dilakukan oleh manusia, dimana ia dapat memahami sebuah bahasa yang telah hilang dan terkubur selama lebih dari 150 tahun lamanya tanpa pernah mengetahui atau bahkan mempelajarinya sedikitpun.

"Kenyataannya, dia dapat menggunakan bahasa yang dipakai pada 150 tahun yang lalu, serta dapat memahami semuanya dengan sangat cepat, terperinci dan sempurna". jelas Stevenson.