"Dulu saya preman yang ditakuti di Surabaya, di kepala saya ada 14 jahitan akibat bertarung," kata pria itu kepada Eka
Ini kisah tobat mantan preman. Pria yang ditemui Iswata Eka di dalam bus saat melakukan perjalanan Purwokerto-Sidareja, Jawa Tengah, pada Kamis 12 Februari 2015.
Dalam tulisan di blog, Eka menggambarkan pria yang ditemui itu bertubuh besar. Mengenakan celana pendek dan berkaos oblong. Kesan sangar masih meruap dari sosok pria itu.
Namun, kesan sangar itu buyar, saat pria itu melihat belasan siswa SMA di dalam bus yang penuh sesak itu. Tanpa diminta, pria yang tak disebut namanya oleh Eka itu menyodorkan uang kepada kenek untuk membayar karcis anak-anak sekolah itu.
Pria itu juga tak hitung-hitungan. Selain tak menawar, uang kembalian dari kernet langsung dia masukkan ke tas kulit mungil yang dia tenteng. Tanpa menghitungnya.
Eka sempat berbincang dengan pria baik hati itu. “Saya punya anak seusia mereka. Ini saya lakukan juga dalam rangka menebus dosa. Dulu saya preman yang ditakuti di Surabaya, di kepala saya ada 14 jahitan akibat bertarung,” kata pria itu kepada Eka.
Pria misterius itu berkisah, dulu tak pernah membayar saat naik bus. Jika diminta bayaran oleh kenek, lebih baik ribut. Dan hasilnya semua orang takut, sehingga dia bisa pergi ke mana saja dengan gratis.
“Tapi kini aku sadar, perbuatanku yang dulu memang keterlaluan. Itu sebabnya kalau aku naik bus selalu mbayari anak-anak sekolah, dan tidak pernah nawar berapapun yang diminta kenek,” tulis Eka menirukan pria ini.
Ya, dari sinilah Eka sadar. Bahwa sifat seseorang tak bisa dinilai dari penampilan saja. Orang sederhana, dan bahkan sangar, bisa jadi jauh lebih baik dari orang-orang yang tampil elegan. Hati Eka rupanya terketuk untuk menyadari pelajaran hidup ini.
“Saya berpikir, ini barangkali pelajaran hidup yang luar biasa,” tulis Eka. Baca kisah Eka
sumber: www.dream.co.id