WELCOME BLOGGERS

Terimakasih anda telah mengunjungi blog kami. Semoga ada manfaatnya.

Sabtu, 20 Maret 2010

Keuletan, Kunci Perempuan Sukses Jadi Pemimpin

Keuletan, Kunci Perempuan Sukses Jadi Pemimpin
KOMPAS.com - Accenture, lembaga konsultan manajemen, layanan teknologi dan alih daya, mensurvei 500 perempuan setingkat senior eksekutif dan CEO di 20 negara. Hasilnya? Perempuan ternyata lebih ulet dari pria.

Para pemimpin perusahaan di seluruh dunia percaya bahwa keuletan atau kemampuan untuk mengatasi tantangan dan mengubahnya menjadi peluang, adalah kunci untuk mempertahankan pekerjaan dan naik ke jenjang lebih tinggi.

''Para pemimpin melihat bahwa perempuan jauh lebih tangguh ketimbang laki-laki,'' ujar CEO Accenture, Julianto Sidarto, dalam konferensi pers bertajuk "Pemberdayaan Wanita Karier" di Wisma BNI 46, Kamis (18/3/2010) lalu.

Keuletan adalah bahan pertimbangan yang sangat penting dalam perusahaan. Pemimpin akan mempertahankan dan memberikan kesempatan kepada perempuan yang ulet ketimbang mereka yang smart namun pemalas.

Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa perempuan dalam dunia kerja jauh lebih luwes atau lebih mudah beradaptasi ketimbang pria. Penelitian itu juga melansir bahwa 60 persen perempuan dalam perusahaan diberikan tugas-tugas yang dapat meningkatkan karier. Sedangkan 40 persen lainnya dipersiapkan untuk berperan sebagai manajemen senior.
Hasil penemuan lainnya memperlihatkan bahwa 20 negara di Eropa, Asia, dan Amerika mempertahankan program pengembangan profesional khusus untuk perempuan meskipun keadaan perekonomian sedang menurun total.

C2-10

Editor: din

Bisnis Online Shop untuk Fashion

KOMPAS.com - Bila Anda tergolong aktif sebagai blogger, Anda tentu sering menemukan blog yang dijadikan online store untuk produk-produk fashion. Salah satunya adalah mygaragestore.blogspot.com. Tahun 2008, blog milik Galuh Agustia Sitompul (25) ini terpilih menjadi Best Service Online Shop dari Indonesia Online Shop (komunitas pemilih online shop). Ia mengalahkan sekitar 800 anggota IOS yang lain.
Prestasi ini boleh dibilang cukup baik, mengingat Galuh baru memulai bisnis online shop setahun sebelumnya. Ketika baru memasang jaringan internet di rumahnya, tahun 2007, Galuh hanya memakai internetnya sebatas untuk mengakses Multiply dan Friendster saja. Setelah "menguasai" situs blog dan jejaring sosial ini, Galuh baru terpikir untuk berbisnis melalui blog.
"Kebetulan waktu itu penjualan online asal Indonesia masih jarang. Kalau pun ada, harga produknya pasti mahal banget," ujar perempuan asal Bandung ini.
Barang pertama yang dijualnya adalah sepatu. Sejak dulu Galuh memang suka membuat sepatu sendiri. Bahkan blog pertama yang dibuatnya tahun 2007 itu diberi nama Shoe Maniac. Namun konsep bisnisnya saat itu masih mengikuti tren yang berlaku. Sementara Galuh sendiri lebih menyukai segala sesuatu yang bergaya vintage, dari pakaian, sepatu, hingga tas.
Untuk merealisasikan idealismenya, September 2007 ia mendesain online shop baru dengan nama Garage Store di jejaring blog Multiply. Belakangan ia mengganti domain-nya menjadi www.mygaragestore.blogspot.com. Supaya bisa fokus di blog ini, ia menutup blog Shoe Maniac-nya.
Seperti para pebisnis pemula lain, awalnya Galuh hanya menjual barang-barang tersebut pada teman-temannya sendiri. Kekuatan media online lah yang membuat pembeli produk Garage Store makin meluas. Pelanggannya yang paling banyak justru berasal dari luar Bandung, seperti Purwokerto, Solo, Batam, Jogja, Balikpapan, dan Aceh. Sayang, ia belum mampu melayani  pesanan dari Papua.
"Ongkos kirim barangnya mahal sekali. Rp 100.000 per kilonya," kilah lulusan jurusan jurnalistik Universitas Padjadjaran, Bandung ini.
Galuh cukup paham mengenali karakter pelanggannya. Menurutnya, pembeli dari luar kota cenderung membeli dalam jumlah besar, sedangkan pembeli dari Jakarta biasa membeli per item, itu pun dengan sesi tawar-menawar lebih dulu.
Hunting di Gede Bage
Sebagai pelaku bisnis di bidang fashion, Galuh tentunya harus rajin mencari barang baru. Lucunya, ia malah sering hunting barang di pasar second hand Gede Bage, Bandung. Di sini Galuh bisa menemukan banyak barang vintage. Namun barang-barang ini tidak dijualnya di online shop-nya. Ia membeli hanya untuk meniru polanya, lalu dibawanya ke tukang jahit untuk dibuatkan yang baru.
"Aku tuh paling enggak bisa menggambar, apalagi bikin pola. Untungnya aku punya tukang jahit dan sepatu yang sangat mengerti apa yang kupikirkan. Tapi kalau untuk urusan bahan, corak, dan warna, aku yang menentukan," ungkap mantan atlet hoki yang mewakili tim Jawa Barat untuk PON 2008 ini.
Galuh tidak memproduksi produknya secara massal. Setiap model biasanya hanya diproduksi sekitar 1 seri untuk sepatu, dan 10 buah untuk pakaian. Ia jarang sekali me-restock barang. Bila stok barang sudah habis, ia memilih membuat model yang baru. Ia baru memproduksi ulang ketika ada permintaan yang cukup tinggi atas sesuatu barang.
Dalam sebulan, Galuh mengaku umumnya terjadi sekitar 200 transaksi pembelian di tokonya. "Kalau dihitung-hitung, setiap bulan aku bisa dapat untung bersih sekitar Rp 3 juta, sedang kalau hari raya sekitar Rp 5 juta," ujarnya.
(Ester Sondang/Tabloid NOVA)

Enggak Susah Kok Menghemat Pengeluaran!

Enggak Susah Kok Menghemat Pengeluaran!
KOMPAS.com - Terkadang Anda tak sadar, bahwa Anda sering membelanjakan uang secara berlebihan untuk pengeluaran tertentu. Padahal, jika Anda membeli barang tersebut dengan cara atau tempat yang berbeda, mungkin Anda bisa lebih menghemat pengeluaran. Beberapa trik di bawah ini bisa Anda lakukan untuk tujuan tersebut:

1. Pakaian, tas, dan sepatu
* Hindari: Membeli produk-produk fashion seperti ini saat baru terpajang di etalase, atau di deretan "new arrival". Barang-barang tersebut mungkin  harganya mahal, padahal merek dan kualitasnya kurang dapat dipertanggungjawabkan.

* Solusi: Produk fashion dari beberapa brand tertentu kadang-kadang lebih murah ketika didapatkan di luar negeri. Anda bisa menitip teman yang kebetulan sedang bepergian ke luar negeri untuk membelinya. Atau, sabar sedikit, tunggu hingga barang tersebut didiskon di department store langganan Anda. Cek juga harga sebelum dan sesudahnya, supaya tidak tertipu diskon palsu.

2. Bahan-bahan makanan
* Hindari:
Jika untuk sehari-hari Anda hanya butuh memasak sayur asem, tahu-tempe, sup sayur, atau balado telur mata sapi, tak perlu berbelanja bahan-bahan tersebut di supermarket. Apalagi, membeli bahan makanan impor, atau yang merupakan bahan makanan organik. Oke, bahan makanan ini mungkin terasa lebih enak dan lebih sehat, tetapi bahan makanan non organik pun tetap bermanfaat untuk Anda.

Solusi: Untuk kebutuhan sehari-hari, belanja di pasar tradisional atau di tukang sayur yang lewat di depan rumah. Harganya bisa 3-4 kali lipat lebih murah daripada harga di supermarket. Kualitasnya pun tak jauh berbeda. Anda bisa tetap mendapatkan sayuran yang benar-benar segar saat berbelanja di pasar pagi hari.

3. Nongkrong di kedai kopi
* Hindari:
Hampir setiap hari nongkrong di sini hanya untuk menunggu three-in-one berlalu. Belum lagi jika Anda punya kebiasaan menyantap cake untuk menemani cangkir kopi Anda. Ladies, dalam satu tahun, Anda bisa membeli mesin pembuat kopi dengan cara ini!

* Solusi: Tak perlu menghentikan aktivitas ini, apalagi jika Anda melakukannya untuk refreshing atau membina relasi. Kurangi saja frekuensinya, dan lihat berapa banyak Anda bisa menghemat. Sesekali Anda juga bisa membuat sendiri kopi sendiri dari kopi instan yang variannya kini semakin beragam.
4. Ke mal setiap weekend
* Hindari:
Niat awalnya mungkin hanya untuk refreshing, tapi sepulang dari sana Anda selalu membawa pulang tas belanjaan. Belum lagi acara makan, ngopi, dan nonton, yang tak pernah terlupakan dari sesi mall-to-mall ini.
* Solusi: Cara terbaik untuk mengurangi kebiasaan shopping adalah dengan tidak mengunjungi mal sama sekali. Setidaknya, jika kantor Anda dekat mal, dan beberapa kali dalam seminggu Anda rajin mampir ke sana, kurangi frekuensinya hingga saat akhir pekan saja. Bila sudah mampu melewati ujian ini, kurangi lagi frekuensinya seperti setiap dua minggu sekali.
5. Langganan majalah dan beli DVD
* Hindari:
Untuk yang masih lajang, majalah wanita dan DVD akan menjadi teman terbaik di kala suntuk. Namun apa benar Anda butuh berlangganan tetap selama setahun, jika majalah-majalah tebal itu tak pernah habis Anda baca? Atau koleksi DVD yang semakin menumpuk, menunggu ditonton?
* Solusi: Beli saja majalah secara eceran, setelah memastikan bahwa informasinya memang Anda perlukan. Cara lain adalah dengan meminjamnya dari teman. Hal yang sama juga berlaku untuk DVD. Anda bahkan bisa bertukar koleksi film dengan teman-teman.



C2-10

Editor: din

Sumber: Shine