WELCOME BLOGGERS

Terimakasih anda telah mengunjungi blog kami. Semoga ada manfaatnya.

Senin, 03 Januari 2011

Pasar Optimistis Tak Ada Risiko Besar di 2011

INILAH.COM, Jakarta - IHSG dan rupiah kompak menguat. Pasar optimistis risiko besar seperti kolapsnya Lehman Brothers 2008 lalu tak akan terjadi tahun ini. Investor pun bertaruh di emerging market.
Albertus Christian K, periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures mengatakan, penguatan rupiah di hari pertama perdagangan 2011 ini dipicu kenaikan saham-saham Asia. Bursa regional juga mengawali perdagangan 2011 dengan rasa optimistis.
Menurutnya, pasar mengganggap, risiko besar seperti kolaps-nya Lehman Brothers Holdings Inc, perusahan jasa keuangan global yang didirikan pada 1850 sudah tidak ada lagi di tahun ini.
"Sepanjang perdagangan rupiah sempat menguat ke level 8.968 dan 8.988 sebagai level terlemahnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Senin (3/1). Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (3/1) ditutup menguat 7 poin (0,07%) menjadi 8.983/8.993 per dolar AS dari posisi akhir pekan lalu 8.990/9.000.
Saat ini, lanjut Albertus, mata uang RI ini menguat ke level krusial 8.970-8.960. Di sisi lain, penguatan rupiah juga didukung oleh prospek pertumbuhan ekonomi RI tahun ini yang akan lebih pesat dibandingkan 2010. "Karena itu, investor mulai bertaruh pada emerging market dan komoditas seperti minyak," ujarnya.
Sementara itu, imbuh Albertus, inflasi Desember yang tinggi di level 0,92% dan 6,96% (year on year), juga menjadi katalis positif bagi laju rupiah. "Sebab, pergerakan mata uang rupiah cenderung searah dengan ekspekstasi inflasi," ungkapnya.
Level tersebut, jelas Albertus, masih dalam batas wajar sehingga tidak mengganggu pertumbuhan ekonomi. "Apalagi, prospek kenaikan harga komoditas juga masih jadi benefit RI dan menopang pertumbuhan," tandasnya.
Karena itu, dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap mata uang gabungan negara-negara Eropa (euro). "Terhadap euro, dolar AS ditransaksikan melemah ke level US$1,3309 dari sebelumnya US$1,3284 per euro," imbuh Albertus.
Sementara itu analis dari Panin Securities Purwoko Sartono mengatakan, penguatan indeks saham hari ini seiring terjadinya euforia awal tahun yang biasa disebut January effect. Menurutnya, secara historis, January effect adalah euforia investor yang selalu bersemangat bertransaksi mulai perdagangan hari pertama hingga akhir Januari di setiap tahun.
Ini menunjukkan, pada pembukaan awal tahun, ada optimisme atas prospek market tahun ini sehingga mereka melakukan pembelian. Pembelian saham, imbuh Purwoko, dilakukan oleh para hedge fund dan fund manager. “Lalu diikuti oleh investor ritel,” ungkapnya.
Dari sisi makro ekonomi, pasar RI masih cukup positif dengan target GDP (Gross Domestic Product) yang lebih tinggi dibandingkan 2010. “Jadi, selain psikologi awal tahun, pasar juga melihat jangka panjangnya di market kita,” paparnya.
Apalagi, indeks juga mendapat topangan dari kenaikan harga minyak mentah dunia yang sempat mencapai level US$92 per metrik ton. Emas hitam ini turut mendongkrak komoditas lain seperti batu bara, crude palm oil (CPO) dan nikel. “Karena itu, sektor komoditas jadi pendongkrak utama pergerakan saham hari ini,” imbuhnya. [mdr]

sumber : www.inilah.com