WELCOME BLOGGERS

Terimakasih anda telah mengunjungi blog kami. Semoga ada manfaatnya.

Minggu, 25 September 2011

Panggilan "Mama-Papa" Mengurangi Kemesraan?


KOMPAS.com - Seperti telah disebutkan dalam artikel sebelumnya, pasangan yang terlalu asik dengan pekerjaan masing-masing akan menipiskan kesetiaan mereka. Jika salah satu dari Anda mulai menampakkan gejala workaholic, usahakan untuk menyelingi dengan aktivitas kencan berdua. Bila tidak, hubungan pernikahan akan terasa hambar dan akhirnya akan menjadi rutinitas yang membosankan.
Untuk menghindari kebosanan, psikolog Prof Dr Sarlito Wirawan Sarwono menyarankan Anda untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang dapat menunjukkan rasa sayang pada pasangan. Tidak perlu memikirkan hal-hal yang besar seperti memberi hadiah atau kejutan. Ciptakan hal-hal sederhana yang manis, misalnya mencium suami sebelum Anda berpisah untuk ke kantor masing-masing.
“Saya biasa mencium kening istri setiap pagi sebelum berangkat ke kantor,” ungkap Prof Sarlito, saat peluncuran buku Mencegah Selingkuh dan Cerai karya sosiolog Dra Hartati Nurwijaya di Toko Buku Gramedia Matraman, Jakarta, Minggu (14/8/2011) lalu.
Lalu, berikan panggilan sayang untuk suami, sesuai nama sayangnya sewaktu Anda berdua masih pacaran. Menurut Prof Sarlito, panggilan "mama-papa" justru terkesan membatasi kemesraan. "Mama-papa" merupakan sebutan untuk fungsi Anda berdua sebagai ayah dan sebagai ibu.

“Kalau tidak di depan anak-anak, alangkah baiknya pasangan memanggil pasangannya dengan panggilan mesra seperti ketika pacaran dulu,” jelas pria yang biasa disapa Mas Ito ini.

Penampilan di dalam rumah juga harus diperhatikan. Jangan sampai ketika suami berangkat kerja, Anda masih mengenakan daster. Ketika suami pulang kerja, Anda ternyata sudah mengenakan daster. Padahal, selama seharian suami bekerja, Anda sudah shopping atau bepergian kemana saja dengan pakaian yang fashionable lengkap dengan riasan wajah.

“Seharusnya berdandan maksimal justru dilakukan saat suami akan berangkat kerja dan saat suami pulang kerja,” tambah Mas Ito.
Di sela-sela kesibukan, ada baiknya Anda juga menyempatkan waktu untuk memberi kejutan kepada pasangan, misalnya tiba-tiba menyelipkan ucapan “I love you” di tas kerja suami. Sedangkan suami bisa menempelkan ucapan “Selalu sayang mama” di kulkas agar terlihat istri.

“Itu semua hanya contoh lah, banyak sekali hal-hal kecil yang bisa dilakukan setiap hari, agar rutinitas pekerjaan dan kehidupan rumah tangga itu selalu ada kejutannya. Agar tetap harmonis setiap hari,” ujar Mas Ito.

Jangan Pilih Es Krim Saat Berkencan



KOMPAS.com - Menyeruput secangkir cokelat hangat sambil berselimut tebal saat hujan turun pastinya sangat nikmat. Atau mandi dengan air hangat usai menghadapi situasi kantor yang menyebalkan, pasti sangat menyegarkan. Hal ini membuktikan bahwa suhu hangat bisa menjadi kunci untuk menghangatkan perasaan dan menenangkan hati.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ijzerman dan Semin, penulis buku The Thermometer of Social Relations: Mapping Social Proximity on Temperature, menunjukkan adanya hubungan antara kehangatan fisik dengan kehangatan psikologis. Sebagai contohnya, duduk di sebuah ruangan yang hangat bisa membuat Anda dan pasangan lebih dekat satu sama lainnya.
Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan William dan Bargh dalam bukunya yang berjudul Experiencing Physical Warmth Promotes Interpersonal Warmth. Menurut mereka, minum secangkir kopi panas bisa membantu Anda lebih tenang dan bersikap lebih baik. Secangkir kopi panas juga bisa membuat Anda dan pasangan lebih nyambung dan santai saat berkencan. Penelitian ini mengungkapkan bahwa bagian otak yang sama bereaksi terhadap kehangatan fisik yang berimbas pada kehangatan psikologis.
Kehangatan psikologis bisa membuat Anda merasa tenang dan lebih baik. Hal inilah yang kemudian akan memberikan suatu perasaan nyaman dan tenang ketika sedang ngobrol dengan si dia. Suasana hangat dan ketenangan hati membantu Anda untuk bersikap lebih baik di hadapan pasangan, sehingga si dia makin terpikat.

Namun, hal kebalikannya pun berlaku juga. Perasaan yang dingin, yang disebabkan oleh sesuatu yang dingin seperti memegang es batu, akan berpengaruh pada perasaan hati seseorang. Orang yang merasa kedinginan akan merangsang jaringan saraf dan bagian otak lainnya sehingga menciptakan perasaan sendirian dan diacuhkan orang lain. Faktanya, membuat orang dalam suasana "dingin" cenderung lebih memberikan efek negatif daripada saat merasakan hangat dan dicintai.
Maka, akan lebih baik jika Anda mengajak pasangan berkencan dan menikmati kopi dibanding dengan menikmati es krim. Namun, hal ini tidak berarti bahwa semangkuk es krim yang menyegarkan selalu berdampak negatif pada pasangan. Sah saja jika ingin menikmati es krim saat kencan, karena dinginnya es krim malah bisa mendinginkan suasana hati yang sedang panas. Seperti yang diungkapkan Wang dan Anderson, penulis buku Is The Curve Relating Temperature to Aggression Linear Or Curvilinear?, bahwa suhu panas dalam diri seseorang bisa saja berhubungan dengan perilaku agresif seseorang. Jika mengalami hal ini, maka es krim bisa saja mendinginkan suasana dan hati-nya.

Sumber: eharmony

Beda Seks dengan Pria Disunat dan Tak Disunat


KOMPAS.com - Pada mulanya, sunat dilakukan sebagai bagian dari tradisi. Namun lama-kelamaan, sunat juga dilakukan untuk kebersihan dan kesehatan penis. Meskipun begitu, masih banyak pria yang karena beberapa alasan tertentu belum menjalani sunat di masa dewasanya. Kondisi disunat atau tidak disunat ini ternyata dapat memengaruhi kehidupan seks pria, dan tentu saja pasangannya.
Menurut Dr Patti Britton, PhD, direktur Sexuality Certificate Track di Chicago School of Professional Psychology/Westwood, sunat memberikan keuntungan khusus bagi Anda maupun pasangan Anda. Pertama, si dia tak perlu repot lagi membersihkan kulit penutup bagian kepala penisnya (preputium, atau lebih dikenal dengan sebutan kulup). Kepraktisan ini tak dimiliki oleh pria yang tidak disunat, karena ia butuh upaya ekstra untuk menarik kulit tersebut dan membersihkan bagian yang tertutup sebelumnya.
Membersihkan area kepala penis (yang tertutup kulup) memang diperlukan untuk menghindari aroma tak sedap atau pengaruh yang lebih serius dari penumpukan bahan yang dikeluarkan oleh kelenjar (smegma). Dengan sendirinya, lebih sedikit bakteri atau kuman yang bisa berpindah ke tubuh Anda dan memengaruhi kesehatan Anda.
Kedua, sebagian perempuan memilih pria yang sudah disunat karena penetrasi yang terjadi akan mengurangi gesekan yang kurang nyaman di dalam vagina. Begitu terjadi penetrasi, kepala penis yang sudah disunat lebih mudah masuk dan keluar untuk menciptakan rasa nyaman untuk Anda maupun pasangan Anda.

Sedangkan bila Anda memiliki pasangan yang belum disunat, seks yang lebih aman harus lebih diperhatikan. Pria dengan penis yang masih tertutup kulup kadang-kadang mengalami kesulitan menemukan kondom yang pas, atau memastikan kondom tetap terpasang selama penetrasi terjadi. Hal tersebut bisa menciptakan kekhawatiran tersendiri bagi perempuan, dan dengan sendirinya mengacaukan aktivitas seks tersebut.
Penis yang belum disunat juga memiliki aroma atau rasa yang berbeda. Aroma di area genital memang normal, tetapi jika terlalu kuat, kemungkinan besar penis pasangan kurang terjaga kebersihannya. Higienitas yang kurang juga bisa menyebabkan infeksi di bawah kulup, yang gejalanya bisa berupa iritasi, kemerahan, aroma tak sedap, dan gejala tak normal lainnya.
Meskipun begitu, bila selalu dijaga kebersihannya, penis yang belum disunat juga memberikan sensasi tersendiri. Lapisan tipis dari preputium tersebut sangat sensitif. Ketika mengalami ereksi, kulit tertarik sendiri ke porosnya, menampakkan kepala penis sehingga terlihat sama dengan penis yang sudah disunat. Selama intercourse, seks oral, dan masturbasi, kulit yang tertarik tersebut bisa bertindak sebagai pelumas. Ketika penis mendorong masuk, ia akan menciptakan gesekan ekstra yang bisa saja menimbulkan kenikmatan tersendiri bagi perempuan yang menyukainya.
Pada akhirnya, tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk saat berhubungan seks dengan pria yang disunat atau tak disunat. Semuanya kembali pada selera masing-masing perempuan. Perempuan yang memiliki pasangan yang tak disunat pun bisa menikmatinya.

(Dari berbagai sumber)